Sebagai
sebuah kajian ilmu, Fotografi dari sisi historinya merupakan hasil akumulasi
dari berbagai inovasi, pengalaman, kejadian dan keberadaan tokohnya. Dalam
perjalanan sejarahnya fotografi dimulai oleh proses persepsi dengan indera
visualnya terhadap keadaan lingkungan sekitarnya. Kesadaran manusia untuk
melihat fenomena alam yang ada diluar dirinya ini merupakan manifestasi
kedirian manusia sebagai mahkluk sentral diantara mahkluk-mahkluk ciptaan Tuhan
yang dikaruniai kelebihan akal budi untuk memanfaatkan segala hal yang ada
disekelilingnya bagi pemenuhan setiap kebutuhan hidupnya.
Dalam
upayanya tersebut maka diperlukan alat peraga/alat bantu yang dapat memperjelas
dan mendukung materi pengalaman tadi dengan merekam dan mereproduksi kembali
dalam bentuk visual menjadi sebuah tradisi yang disebut pictorial tradition
atau pictorialism yaitu tradisi untuk menggambarkan pengalaman kehidupan dengan
menggambarkannya dalam berbagai bentuk dan media. Seperti yang ditemukan di
dinding-dinding goa leang-leang (sulawesi selatan), Goa Duri ( Irian Jaya),
Altamira (Spanyol) dan lascaux (perancis selatan). Seperti yang dinyatakan
secara spesifik oleh Philip B. Meggs tentang imagi-imagi dinding gua tersebut
dalam bukunya “ A History of Graphic Design”, (1983) sebagai berikut:
“This was not the beginning of art as we know it. Rather, it was the dawning of
visual communications, because these early pictures were made for survival and
were created for utilitarian and ritualistic purpose.” (p.4)
Penggabungan
antara teks dan gambar juga sudah dimulai oleh bangsa Sumeria ( c. 3000 SM)
yang melakukannya dengan memadukan gambar dengan huruf paku ( cuneiform)
kedalam cetakan lempengan terra cotta atau menorehkannya pada batu seperti yang
dilakukan raja Hamurabi dalam Hamurabi’s Codes. Hali ini berkembang terus ke
Mesir kuno dalam karya-karyanya yang dilaksanakan dalam matra visual yang
tertuang pada bidang-bidang papyrus dan dinding kuil-kuil mereka.
Jadi
tradisi pictorialime bisa dikatakan sebagai upaya berbagi pengalaman dan
berkomunikasi dalam lingkup peradaban kehidupan manusia. Sebagaimana yang
dikatakan oleh seorang filsuf Jerman Ernest Cassirer bahwa manusia adalah ‘animal
symbolicum’ yaitu mahkluk yang suka membuat tanda/lambang/symbol-simbol.
Sehingga tradisi ini menjadi bagian dari hasil kebudayaan materiil yang hidup
dan berkembang dalam sejarah umat manusia sebagai awal perkembangan tradisi
imagi visual.
Berawal
dari tradisi dan perjalanan sejarah kehidupan manusia itulah berbagai bentuk
penemuan tentang dunia visual khusunya fotografi dimulai. Fotografi berasal
dari bahasa Yunani Photos yang artinya cahaya dan Graphos yang artinya lukisan
atau gambar.Jadi fotografi adalah melukis dengan cahaya. Dari prinsip dasar
inilah maka berbagai penemuan-penemuan tentang fotografi terus berjalan sampai
sekarang.
Perjalanan
Sejarah Fotografi dan Tokoh-tokohnya.
A.
Sebelum Masehi
1.
Mo Ti, seseorang dari daratan Cina pada abad c. V SM telah mengamati fenomena
alam yang terjadi pada ruangan gelap yang mendapatkan pantulan refleksi benda
yang tersinari oleh cahaya matahari dari luar melalui lubang kecil ( pinhole)
kea rah salah satu dinding kamar dengan hasil refleksi benda tadi secara
terbalik ( interved ).
2.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani c. IV SM mendapatkan pengalaman dalam
mengamati alam ketika duduk di bawah kerindangan pohon sewaktu terjadi gerhana
matahari. Pantulan cahaya matahari yang telah melalui celah-celah rindangnya
dedaunan pada bidang tanah di bawah pohon mengakibatkan refleksi cahaya
matahari dalam berbagai ukuran dalam bentuk bulan sabit. Dalam hal ini semakin
kecil ukuran bentuk refleksi cahaya semakin tajam outline bulan sabitnya.
B.
Masehi
Penemuan
Camera Obscura.
Camera
(kamar) Obscura (gelap ) yang berarti kamar gelap
Camera
Obscura, 16th century
Table-Top
Camera Obscura, 17-18th centuries
1.
Ibnu Al Haitam ( Al Hazen ), seorang cendekiawan Arab pada abad XI M.
Menemukan
sebuah prinsip lensa yang mendukung teori Aristoteles diatas yang berkaitan
dengan semakin tajam suatu imaji bila dihasilkan oleh pencahayaan melalui
lubang semakin kecil. Karya-karyanya tentang lensa menjadi sumber buku Roger
Bacon dan para pakar pengetahuan barat lainnya.
2.
Leonardo da Vinci
Pada
akhir abad ke 15 mencoba menguraikan secara terperinci tentang kamar gelap/
camera obscura ini. Dengan alat ini gejala tingkah laku sang surya seperti
gerhana dapat diamati.
3.
Cesare Cesarino
Salah satu murid Leonardo da vinci pada tahun
1521 menjelaskan prinsip dasar camera obscura dalam pengantar tulisan Vitruvius
yang berjudul ‘De Architektura’.
4.
Girolamo Cardano
Seorang
dokter dari kota Milan dalam bukunya De Subtilitate pada tahun 1550 melengkapi
camera obscura dengan signifikan yaitu dengan menambahkan lensa biconvex pada
lubang aperture guna memberikan imagi yang lebih terang dan jelas.
5.
Giovani Battista della porta
Pada
tahun 1558 dalam bukunya Magiae Naturalis menulis secara lengkap penjelasan
kamera obscura yang direkomendasikan menjadi ‘an aid in drawing’ atau alat
Bantu dalam menggambar.
6.
Danielo Barbaro
Seorang
terpandang dari kota venesia, Itali, dalam bukunya ‘La Pratica della
perspettiva’ pada tahun 1568 menyatakan bahwa dengan menambah berbagai ukuran
diafragma pada kemera obscura akan mempertajam suatu imaji. Pada eksperimennya
dia menggunakan lensa sederhana untuk mempertajam proyeksi bayangangan yang
masuk melalui lubang. Walaupun hasilnya belum sempurna namun pada tahun inilah
menandai digunakannya sebuah lensa dalam perkembangan camera obscura.
7.
Egnatio Danti
Seorang
ahli matematika dari Florence, dlm bukunya ‘La prospettiva di Euclide’ pada
tahun 1573 melaksanakan suatu penambahan penting dalam camera obscura dengan
cermin concave untuk menormalkan imaji yang terbalik (to redress the hitherto
inverted image)
8.
Daniel Schwenter
Pada
tahun 1636 seorang professor matematika dari universitas Altdorf, Jerman dalam
bukunya ‘Deliciae physico mathematicae’ menjelaskan secara detail tentang
penggunaan system lensa yang berdasarkan pada tiga jarak focus yang berbeda.
Dia juga meletakkan dasar-dasar penggunaan lensa bundar pada penciptaan foto
panorama.
9.
Johan Zahn
Tahun 1685-1686
seorang pendeta di Warzburg membuat berbagai ilustrasi dari berbagai macam tipe
box camera obscura yang cukup portable yang dapat dibawa kemana-mana yang
dijelaskan dalam bukunya oculus artificialis teledioptricus. Kamera Zhan ini
tingginya 9 inci dan panjangnya dua kaki terbuat dari kayu. Kamera ini tidak
saja dilengkapi dengan lensa yang dapat dimaju mundurkan saja untuk mencari
ketajaman gambar namun juga dilengkapi dengan diafragma serta kaca pantul untuk
melihat/mengontrol tangkapan lensa dari luar kotak.Alat ciptaan Zahn ini
sebetulnya sangat identik dengan cara kerja kamera refleks lensa tunggal yang
dipakai saat ini
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=242301754801